Contoh Majas Anafora dan Epifora serta Penjelasannya
Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.
Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.
Guruberbahasa.com-Contoh majas anafora dan epifora dalam novel sang pemimpi
Anafora adalah repetisi yang berwujud pengulangan kata pertama pada tiap baris atau kalimat berikutnya. Hasil analisis dalam novel Sang Pemimpi terdapat gaya bahasa anafora, yaitu sebagai berikut.
1) “Tak ada pengecualian, tak ada kompromi, tak ada kata belece, dan tak ada akses istimewa untk mengkhianati aturan (SP, 9). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa anafora karena ada repetisi yang berwujud pengulangan kata pertama di awal kalimat awal dan kalimat berikutnya yaitu kata “tak”.
2) Aku gugup bukan main saat pertama kali keluar kamar dengan gaya rambut Toni Koeswoyo itu. Aku berdiri mematung di ambang pintu…(SP, 24). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa anafora karena ada repetisi yang berwujud pengulangan kata pertama di awal kalimat awal dan kalimat berikutnya yaitu kata “aku”.
3) Aku terbengong-begong melihat tingkah Arai. Ibuku sibuk menggulung kabel telpon yang kami campakkan. Aku semakin tak mengerti waktu Arai bergegas membuka tutup peregasan…(SP, 40). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa anafora karena ada repetisi yang berwujud pengulangan kata pertama di awal kalimat awal dan kalimat berikutnya yaitu kata “aku”.
4) Mei Mei terdiam menatap Arai. Kami juga terdiam, serentak menoleh padanya (SP, 47). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa anafora karena ada repetisi yang berwujud pengulangan kata pertama di awal kalimat awal dan kalimat berikutnya yaitu kata “terdiam”.
5) Juwita malam, siapakah gerangan puan. Juwita malam, dari bulankah puan….(SP, 53). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa anafora karena ada repetisi yang berwujud pengulangan kata pertama di awal kalimat awal dan kalimat berikutnya yaitu kata “puan”.
6) …sebab kenyataannya penguasa tertinggi kampong kami, tak lain tak bukan, de facto, tak dapat diganggu gugat, tetaplah penggawa masjid (SP, 58). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa anafora karena ada repetisi yang berwujud pengulangan kata pertama di awal kalimat awal dan kalimat berikutnya yaitu kata “tak”.
7) Jika ia panik atau sedang bersemangat maka ia gagap. Jika suasana hatinya sedang nyaman, ia berbicara senormal orang biasa (SP, 60). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa anafora karena ada repetisi yang berwujud pengulangan kata pertama di awal kalimat awal dan kalimat berikutnya yaitu kata “jika”.
8) Aku selalu berlari. Aku menyukai berlari. Para kuli ngambat adalah pelari (SP, 141)). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa anafora karena ada repetisi yang berwujud pengulangan kata pertama di awal kalimat awal dan kalimat berikutnya yaitu kata “aku”.
Epifora adalah pengulangan kata pada akhir kalimat atau di tengah kalimat. Hasil analisis dalam novel Sang Pemimpi terdapat 2 data gaya bahasa epifora, yaitu sebagai berikut.
1) Ia mengejar layangan untukku, memetik buah delima di puncak pohonnya hanya untukku, mengajariku berenang, menyelam, dan menjalin pukat (SP, 32). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa epifora karena terdapat pengulangan kata di tengah kalimat yaitu kata “untukku”
2) Ia tahu teknik mengendarai kuda, asal muasal kuda, dan mengerti makna ringkikan kuda (SP, 62). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa epifora karena terdapat pengulangan kata di akhir kalimat yaitu kata “kuda”.
Sumber http://www.guruberbahasa.com/Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.