Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Contoh Majas Oksimoron dan Penjelasannya

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

Guruberbahasa.com-Majas Oksimoron dalam novel SANG PEMIMPI

Oksimoron adalah suatu acuan yang berusaha untuk menggabungkan  kata-kata untuk mencapai efek yang bertentangan. Hasil analisis dalam novel Sang Pemimpi terdapat 3 data gaya bahasa oksimoron, yaitu sebagai berikut. 

1) Jika sebelum kuda-kuda itu datang ia jadi pendiam dan giat bekerja,  sekarang ia jadi lebih pendiam dan malas pendiam. (SP, 175). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa oksimoron karena adanya suatu acuan yang berusaha menggabungkan kata-kata untuk mencapai efek yang bertentangan yaitu kata tersebut adalah “giat bekerja dan malas pendiam”.  

2) Aku takjub karena Bang Zaitun mampu menertawakan kepedihannya sekaligus demikian bahagia gara-gara dua bilah gigi palsu (SP, 193). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa oksimoron karena adanya suatu acuan yang berusaha menggabungkan kata-kata untuk mencapai efek yang bertentangan yaitu kata tersebut adalah “menertawakan kepedihannya”.

3) Di balik senyum dan tawa di panggung itu ada siksaan tertentu yang tak dilihat orang dari luar…(SP, 193). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa oksimoron karena adanya suatu acuan yang berusaha menggabungkan kata-kata untuk mencapai efek yang bertentangan yaitu kata tersebut adalah “ada dan siksaan”.

MAJAS EPONIM

Eponim adalah suatu gaya bahasa di mana seseorang yang namanya  begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat. Hasil analisis dalam novel Sang Pemimpi terdapat 3 data gaya bahasa eponim, yaitu sebagai berikut. 

1) Bukan main SMA ini segera menjadi negara gading tahta tertinggi  intelektualitas di pesisir timur,…(SP, 6). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa eponim karena “negara gading tahta tertinggi inteletualitas” menggambarkan sebuah SMA yang menjunjung tinggi intelektual manusia yaitu mengedepankan ilmu.  


2) Dan seminggu berikutnya, los kontrakan kami menjadi kuburan euphoria karena Jimbron mendadak lesu darah (SP, 175). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa eponim karena “kuburan euphoria” menggambarkan keadaan yang sangat sepi dan hening karena Jimbron yang mendadak lesu. 

3) Sang ksatria langit ke tujuh itu terkekeh-kekeh girang memamerkan gigigigi  tonggosnya (SP, 178). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa eponim karena “ksatria langit ke tujuh” menggambarkan sosok penolong yaitu yang dimaksud adalah Arai.

Sumber http://www.guruberbahasa.com/

Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.